June 18, 2011

Selamat dengan Al-Ma'thurat (4) - Penutup

17. MEMBACA SAYYIDUL ISTIGHFAR: 
"Allahumma anta Rabbiy, laa ilaha illa anta, khalaqtaniy wa ana ‘abduka, wa ana ‘ala ‘ahdika wa wa’dika mastatha’tu, a’udzubika min syarri maa shana’tu, abu’u laka bini’matika ‘alayya, wa abu’u bidzambiy, faghfirliy fa innahu laa yaghfirudz dzunuuba illa anta"

Dari Syaddad bin Aus ra, dari Nabi saw bersabda:
“Sayyidul Istighfar adalah kau mengatakan: Allahumma anta Rabbiy, laa ilaha illa anta, khalaqtaniy wa ana ‘abduka, wa ana ‘ala ‘ahdika wa wa’dika mastatha’tu, a’udzubika min syarri maa shana’tu, abu’u laka bini’matika ‘alayya, wa abu’u bidzambiy, faghfirliy fa innahu laa yaghfirudz dzunuuba illa anta (Ya Allah, Engkau Tuhanku, tiada Tuhan kecuali Engkau. Engkau ciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu. Aku berada di atas janjiMu, semampuku. Aku berlindung kepadaMu dari keburukan perbuatanku. Aku mengakui banyaknya nikmat (yang Engkau anugerahkan) kepadaku dan aku mengakui dosa-dosaku, maka ampunilah aku. Kerana sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa-dosa melainkan Engkau.) Baginda bersabda: “Barangsiapa membacanya ketika petang hari dan meyakini kandungannya, kemudian meninggal pada malam itu, maka ia akan masuk syurga. Dan, barangsiapa membacanya pada pagi hari serta meyakini kandungannya, kemudian meninggal pada hari itu, maka ia akan masuk syurga.”
(Riwayat Imam Al Bukhari dalam Shahihnya No. 5947, 5964).

18. MEMBACA : “Astaghfirullah Al ‘Azhim alladzi laa ilaha illa huwa Al Hayyul Qayyum wa Atuubu ilaihi.” 

Dari Ibnu Mas’ud ra, bahawa Rasulullah saw bersabda: 
“Barang siapa yang berkata: Astaghfirullahal ‘Azhim alladzi laa ilaha illa huwa al hayyu al qayyum wa atuubu ilaih, sebanyak tiga kali, nescaya diampuni dosa-dosanya walaupun dosanya semerbak merata.” 
(Riwayat Al Hakim dalam Al Mustadrak No. 2550) 

19. MEMBACA SELAWAT IBRAHIMIYAH: 
“Allahumma shalli ‘ala sayyidina Muhammad wa ‘ala aali Sayyidina Muhammad, kama shallaita ‘ala sayyidina Ibrahim wa ‘ala aali sayyidina Ibrahim, wa baarik ‘ala sayyidina Muhammad wa ‘ala Aali sayyidina Muhammad, kama baarakta ‘ala sayyidina Ibrahim wa ‘ala aali sayyidina Ibrahim il ‘aalamiina innaka hamiidum majiid.” 

Dari Abu Humaid As Sa’idi ra, bahawa mereka (para sahabat) bertanya: 
“Ya Rasulullah, bagaimana berselawat kepadamu?”, Nabi menjawab: “Katakanlah: Allahumma shalli ‘Ala Muhammad wa azwajihi wa dzurriyatihi kama shalaita ‘ala Ali Ibrahim wa baarik ‘ala Muhammadin wa azwajihi wa dzurriyatihi kama baarakta ‘ala Ali Ibrahim innaka hamiidum majid.” 
(Riwayat Bukhari No. 3189, 5999, Muslim No. 407. Abu Daud No. 979. An Nasa’i No. 1294. Ibnu Majah No. 905. Malik dalam Al Muwaththa’ No. 395).

20. MEMBACA:
“Subhanallah wal hamdulillah wa laa Ilaha Illallah wallahu akbar.” (100 kali)

Bercerita kepada kami Muhammad bin Abdurrahman bin Asy’ats, bercerita kepada kami Abu Mashar, bercerita kepada kami Hiql bin Ziyad, bercerita kepadaku Al Auza’i, dari Amru bin Syu’aib, dari ayahnya, dari datuknya, dia berkata: bersabda Rasulullah saw: “Barang siapa yang mengucapkan Subhanallah (100 X) sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya, itu lebih utama dibanding seratus unta. Barang siapa yang mengucapkan Alhamdulillah (100X) sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya, itu lebih utama dibanding kuda perang yang dia bawa. Barang siapa yang mengucapkan Allahu Akbar (100X) sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya, itu lebih utama dibanding memerdekakan seratus budak. Barang siapa yang mengucapkan Laa ilaha illallahu wahdahu laa syarika lahu lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai’in qadiir (100X) sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya, maka tidak seorang pun yang mampu mendatangkan amal yang lebih utama darinya pada hari kiamat nanti kecuali orang yang mengucapkan seperti yang diucapkannya atau lebih.” 
(Riwayat An Nasa’i dalam As Sunan Al Kubra No. 10657).

21. MEMBACA: 
“Laa ilaha illallah wahdahu laa syariika lahu, lahul Mulku wa lahul hamdu, wa huwa kulli syai’in qadiir.” (Tidak ada Ilah kecuali Allah yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagiNya, Dialah pemilik kerajaan dan bagiNya segala pujian, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu). 

Berkata kepada kami Makkiy bin Ibrahim, berkata kepada kami Abdullah yakni Ibnu Sa’id, dari Sumayyin, dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah, dia berkata: Bersabda Rasulullah saw: “Barang siapa yang mengatakan: Laa ilaha illallah wahdahu laa syariika lahu, lahul Mulku wa lahul hamdu, wa huwa kulli syai’in qadiir. Bagi siapa yang membacanya sepuluh kali ketika pagi, maka dicata baginya seratus kebaikan dan dihapuskannya seratus kejelekan. Dan baginya itu setara dengan membebaskan budak dan dia dijaga dengannya pada hari itu sampai petang hari. Dan, barang siapa yang membacanya ketika petang, maka halnya seperti itu juga.” 
(Riwayat Ahmad No. 8719, An Nasa’i dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah No. 26) 

22. MEMBACA: 
“Subhanaka Allahumma wa bihamdika, asyhadu alla ilaha illa anta, astaghfiruka wa atuubu ilaika.” (Mahasuci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau, aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.” (3x) 

Dari Abu Barzah Al Aslami ra, katanya: 
Adalah Rasulullah saw mengucapkan pada akhir jika dia hendak bangun dari majlis: “Maha Suci Engkau, Ya Allah dengan memujiMu, Aku bersaksi Tiada Ilah Kecuali Engkau, aku memohon ampunanMu, dan aku bertaubat kepadaMu.” Ada seseorang yang bertanya: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau mengatakan perkataan yang tidak engkau katakan pada waktu yang lalu.” Beliau menjawab: “Itu sebagai kifaarah (penebus kesalahan) terhadap apa yang terjadi di majlis.” 
(Riwayat Abu Daud No. 4859, Ibnu Abi Syaibah, Al Mushannaf, 7/49) 

23. MEMBACA SELAWAT KEPADA NABI SAW, KELUARGA DAN SAHABAT

اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ النَّبِيِّ اْلأُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا عَدَدَ مَا أَحَاطَ بِهِ عِلْمُكَ وَخَطَّ بِهِ قَلَمُكَ وَأَحْصَاهُ كِتَابُكَ, وَارْضَ اللّهُمَّ عَنْ سَادَاتِنَا أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ, وَعَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ, وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَتَابِعِيْهِمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ 
“Ya Allah berilah shalawat kepada Muhammad; hamba-Mu, dan Rasul-Mu, Nabi yang ummi. Juga kepada keluarga dan para sahabatnya, serta berilah keselamatan sebanyak yang terjangkau oleh ilmu-Mu; yang tergores oleh pena-Mu; dan yang terangkum oleh kitab-Mu. Ridhailah -ya Allah- para pemimpin kami: Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali, serta semua sahabat, semua tabi’in, dan orang-orang yang mengikuti mereka sampai hari Pembalasan.” 

Ini adalah susunan doa yang dibuat oleh Al Ustadz Asy Syaikh Hasan Al Banna Rahimahullah berupa selawat kepada Nabi Muhammad saw, keluarganya, para sahabat, khususnya khalifah yang empat, para tabi’in, dan para pengikut mereka. 

Susunan seperti ini atau yang seumpamanya, yang dibuat pada akhir tulisan, buku, doa, dan ceramah, adalah biasa kita jumpa pada karya para ulama terdahulu dan sekarang. Para ulama, seperti Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, juga para ulama di Lajnah Daimah kerajaan Saudi Arabia, biasa menutup fatwa mereka dengan menulis selawat kepada nabi, keluarga, dan para sahabatnya. Berselawat kepada Nabi Muhammad saw dan keluarga adalah disyariatkan baik dalam Al Quran dan As Sunnah, sebagaimana penjelasan sebelum ini.  Mendoakan agar Allah Ta’ala meredhai para sahabat, tabi’in, dan orang-orang mulia, juga merupakan amal yang dibenarkan syariat dan ditunjukkan oleh para imam sejak dahulu. Sudah menjadi kebiasaan menyebut radhiallahu ‘anhu (ra) jika disebut nama sahabat nabi, bahkan sebahagian tabi’in, dan imam kaum muslimin juga didoakan demikian.

Tamat. Wallahualam~~

~menuju cintaNya~

No comments:

Post a Comment